Seminar Reformasi 2012-10-13, Our Final Authority - Pdt. Nico Ong


Pengkhotbah   : Pdt.Nico Ong
Nats Alkitab     : 2 Timotius 3:10-17
Tema               : Our Final Authority

10Tetapi engkau telah mengikuti ajaranku, cara hidupku, pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku dan ketekunanku. 11Engkau telah ikut menderita penganiayaan dan sengsara seperti yang telah kuderita di Antiokhia dan di Ikonium dan di Listra. Semua penganiayaan itu kuderita dan Tuhan telah melepaskan aku dari padanya. 12Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya, 13sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan. 14Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu. 15Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. 16Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.     17Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.

Kita akan masuk ke dalam satu bagian wawasan. Tiga kebenaran yang perlu kita ketahui dan sadari yang pertama di dalam eksistansi keberadaan kita, manusia itu akan mati, tetapi Firman Tuhan akan tetap hidup. Yang kedua, pengalaman dapat memudar dan tidak dapat dipegang, tidak mempunyai sifat kekekalan, tetapi Firman Tuhan akan tetap ada selama-lamanya. Yang ketiga, dunia semakin gelap tetapi Firman Tuhan tetap bersinar. Ketiga hal ini yang perlu kita sadari dan kita mengerti di dalam wawasan kekristenan dan yang akan terjadi di dalam kehidupan kita.

Kita ambil contoh dunia pengetahuan yang memiliki kemajuan-kemajuan yang begitu besar, teknologi dan dunia pendidikan semakin maju, tetapi hati manusia itu tetap jahat dan semua kemajuan kita baik dalam peralatan, teknologi tidak akan memajukan kehidupan kita. Ilmu kedokteran pun memampukan orang-orang untuk semakin hari hidup semakin lama. Saudara kalau sakit, dengan ilmu kedokteran yang semakin maju membuat hidup kita semakin lama, tetapi ilmu kedokteran tidak akan menjamin seluruh kehidupanmu akan lebih baik atau akan hidup selamanya.

Perlengkapan dan peralatan komunikasi modern yang semakin maju hanya memampukan dusta, banyak gosip dan pemfitnahan maupun perkataan-perkataan yang tidak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan, semakin hari menyebar dengan lebih cepat. Alat transportasi yang begitu maju seperti pesawat memampukan kita untuk bepergian dari satu tempat ke tempat yang lebih jauh dengan lebih cepat, tetapi kita tidak memiliki tempat-tempat yang lebih baik untuk kita kunjungi. Perjalanan yang dulunya memerlukan waktu 13-14 jam sekarang ditempuh 9 jam, tetapi saudara dapat melihat apakah hal ini membawa saudara menuju ke tempat yang lebih baik?

Dalam perumpamaan-Nya, Tuhan Yesus mengatakan jangan sampai kita seperti lima gadis yang kurang bijaksana, lima gadis yang bodoh yang berada dalam penyesalan dan pertobatan pribadi mereka yang sudah terlambat. Lima gadis yang bijaksana itu dengan lima gadis yang bodoh sama-sama diperhadapkan mempunyai gantang dan mempunyai minyak dan mempunyai api, tetapi gadis yang bijaksana kelihatannya boros, kelihatannya selalu berjaga-jaga tidak ada gunanya, sedangkan gadis yang bodoh selalu mengatakan, nanti saja, ngapain kamu harus kerjakan hal ini? Ada orang yang selalu berjaga-jaga, yang kelihatannya membuang waktu, yang kelihatan tidak ada gunanya, ada juga yang kelihatan sebaliknya di dalam dunia ini yang tertidur, yang enak-enakan, yang tidak lagi mempunyai  kepekaan, yang cuek. Pada waktu mempelai laki-laki itu masuk dan membuka pintu dan kemudian mengundang mereka yang membawa nyala api itu, gantang yang bersinar itu, dan kemudian pada saat ditutup, mempelai laki-laki ini mengatakan, “Aku tidak mengenal kamu.”

Dalam hal ini kenapa Paulus memberitahukan kepada Timotius? Karena Timotius adalah rekan kerja yang masih muda, rekan kerja yang harus mempunyai keberanian, kegigihan, dan otoritas yang kembali kepada kebenaran Firman Tuhan, bukan dengan segala sikapnya, kesombongannya, kepintarannya, fasih lidahnya, tetapi harus kembali kepada kebenaran Firman Tuhan. Maka Paulus memberitahukan kepada pribadi kita paling tidak ada dua gambaran.

Yang pertama, keberadaan hati yang tidak ada Tuhan, yang ada cuma diri dan dunianya sendiri. Ini adalah dunia yang tidak ada pengharapan dan tidak ada hari esok. Itulah keberadaan hati yang tanpa Tuhan dan hanya ada diri, dunia orang tidak percaya. Hari ini kita perlu menginstropeksi dan mengoreksi kalau dalam pribadimu yang tersimpan hanya kemauanmu, hanya keinginanmu, hanya perasaanmu saja yang ditonjolkan, berarti secara tidak langsung saudara sedang menunjukkan bahwa dunia yang kamu hidupi adalah dunia yang tidak percaya.

Yang kedua, pengikut Kristus harus mematuhi segala ketetapan dan kebenaran Alkitab. Kenapa hal itu yang diperjuangkan oleh para reformator? Bahkan para martir yang bagi kebenaran Firman Tuhan harus membayar harga, yang bagi dunia dia kelihatan begitu tolol, begitu bodoh adanya. Seringkali kita takut waktu berbicara soal kebenaran, seringkali kita merasa tidak perlu menjadi ‘orang jahat’, seringkali kita tidak mau belajar untuk menasehati dan menegur karena di dalam hati kita selalu dituntut, “Kamu bukan orang yang lebih baik daripada dia. Kamu bukan orang yang lebih sempurna daripada dia.” Saudara, hal itu memang baik, tetapi setiap kali saudara yang sudah menjadi orang yang percaya dan orang yang selalu hidup dalam kebenaran Firman Tuhan, yang selalu cinta akan kebenaran Firman Tuhan, yang selalu belajar akan kebenaran Firman Tuhan kalau perasaan itu selalu ada dalam dirimu, mungkin kuasa kegelapan sedang merenggut atau mungkin menutup mulutmu supaya kamu tidak berkata-kata lagi di tengah-tengah dunia yang berdosa yang tidak mencintai kebenaran.

Pada hari ini saya mengatakan kepada kalian semuanya, seharusnya kalian itu sewaktu berteman, sewaktu bergaul, waktu menempatkan diri dalam pekerjaan, pelayanan dan dalam dunia apapun yang saudara hidupi saudara itu harus berani menginstropeksi dan mengoreksi. Setelah itu dalam kebenaran Firman Tuhan, berani untuk menasehati, berani untuk menegur, dan berani juga memberikan solusi untuk membangun.

Saat ini saya akan membawa saudara melihat satu-satunya otoritas yang tertinggi, otoritas yang harus dipegang yaitu kembali kepada apa yang Paulus tekankan kepada Timotius, “yang pernah kamu kecap pada masa kecilmu di mana orang tuamu telah mendidik dan memberikan pengajaran yang luar biasa.” Manusia bersifat religius karena fakta berbicara akan adanya elemen religius dalam semua bangsa-bangsa penyembah berhala di dunia ini.

Pada dasarnya manusia mempunyai suatu hasrat untuk mengenal Penciptanya. Hasrat itu ada di dalam pribadimu dan mempunyai keinginan untuk bersekutu dengan Penciptanya. Ini merupakan suatu pengetahuan kognitif tentang Allah yang dimiliki oleh manusia setelah jatuh dalam dosa. Manusia ingin mencari keberadaan Allah, ingin mengenal Penciptanya dan sekaligus ingin mempunyai persekutuan dengan pribadi Penciptanya. Buktinya bagaimana? Para sejarawan non-Kristen sudah pernah membuktikan dan mengklaim dan menyatakan di dalam antropologi bahwa agama manusia itu berkembang dari takhayul, kebatinan, dunia primitif ke arah animisme, politeisme dan lain-lain, hingga pada akhirnya mencapai monoteisme yakni suatu sifat agama yang lebih rumit lagi. Tetapi Alkitab mengklaim hal yang sebaliknya, bahwa kemurnian monoteisme ada pada manusia sebelum kejatuhan kemudian menjadi animisme, politeisme. Namun kemudian, manusia tidak dapat luput dari gambar dan rupa Allah yang merupakan bagian daripada keberadaannya. Dalam kebodohannya setelah jatuh ke dalam dosa, manusia berusaha untuk mengenal Penciptanya dengan caranya sendiri, yaitu animisme, dinamisme, dan politeisme.

Saudara, kita mulai menyadari bahwa semua orang berbicara otoritas, otoritas yang paling benar yang dia pegang sebagai final authority-nya, tetapi bagaimana dengan kita? John Calvin memberikan kalimat yang sangat baik, “Bijaksana sejati itu berasal dari pengenalan akan Allah dan pengenalan akan diri.” Ini konsep John Calvin yang paling luar biasa. “Tetapi seseorang tidak akan mengenal dirinya secara tepat sampai ia mengenal Allah dengan tepat dan apa yang Ia katakan tentang manusia.” Manusia jika tidak dapat mengenal Allah dengan tepat, manusia sendiri pun tidak dapat mengenal dirinya. Itulah kebingungan manusia. Maka pengetahuan akan Allah merupakan sesuatu pengetahuan yang paling-paling terbesar dalam kehidupan kita.

Dua metode dalam epistemologi; pengetahuan tentang pengetahuan, yang harus kita mengerti waktu kita bicara soal pengenalan akan Tuhan. Pertama, di dalam dunia rasionalisme. Yang kedua, di dalam dunia empirisme. Rasionalisme ialah meninggikan pikiran ke tempat yang tertinggi, rasio dan logika sebagai satu-satunya tempat mendapatkan pengetahuan yang benar. Istilahnya begini saudara, saya dapat memiliki kepastian hanya dengan bergantung pada pikiran murni saya pribadi. Jadi, soal kebenaran itu saya yang menentukan. “Kalau gua pikir ini benar, itu kebenaran.” Inilah rasionalisme.

Empirisme itu metode ilmiah untuk memperoleh kepastian. Metode ini berdasarkan pemikiran bahwa jika ada fenomena yang dapat diamati dalam dunia nyata, fenomena itu tentulah merupakan sesuatu yang pasti. Dalam pengertian logika, disebut dalam dunia sains sebagai dunia induktif, artinya seseorang mengumpulkan data dan menarik kesimpulan-kesimpulan dan konklusi-konklusi. Jadi, dari data yang dikumpulkan kemudian menarik kesimpulan dan konklusinya, dan pengetahuan inilah yang disebut sebagai dengan pengetahuan aposteori ; pengetahuan yang terjadi setelah dan melalui pengalaman. Contohnya, seorang itu kalau merasakan enak dia harus mencicipi dengan lidahnya. Seorang mengatakan luar biasa harumnya, dia harus dengan hidungnya menghirup atau mengisap aroma tersebut, maka dikatakan itu harum atau tidaknya. Dalam dunia empirisme ini dikatakan bahwa sesuatu saat dialami, maka pikiran itu dapat berhubungan dengannya dan mengkategorikan, “Wah, ini namanya enak nih. Ini namanya harum.”

Ada dua masalah dengan empirisme. Yang pertama, tidak ada kepastian dan tidak ada kekekalan. Dikatakan pengetahuan sebelumnya yang saudara alami, itulah yang menentukan dan mengkonklusikan, kita sebut sebagai pengetahuan yang telah dibakukan. Misalnya saudara mengingat, “Zebra itu warnanya hitam dan putih, maka segala sesuatu yang hitam dan putih bergerak seperti kuda itu zebra.” Jelas ya? Tetapi suatu saat, saudara kemudian melihat satu zebra warnanya bukanlah hitam dan putih, tetapi merah dan putih. Saudara bingung. Lalu, saudara kalau melihat ular, “Pokoknya yang besar itu Phyton.” Dibakukan nih, tapi tidak lama kemudian ada ular yang besar tapi namanya Anaconda. Dari hal ini kita mulai melihat bahwa pengetahuan yang sebelumnya telah dianggap pasti, pada akhirnya akan diakui sebagai sesuatu yang tidak pasti, atau yang tidak kekal adanya, atau sesuatu yang terus menerus direvisi dan diperbarui. Inilah yang dimaksud dengan ‘tidak ada kepastian dan tidak ada kekekalan di dalam dunia pengalaman.’  Seorang teolog Reform yaitu Mark Denver mengatakan, “Jikalau seorang itu hanya melakukan kesaksian di dalam kehidupannya, tetapi dia tidak benar-benar memberitakan kebenaran Firman Tuhan, berhati-hatilah.”

Yang kedua yang harus kita akui mengenai kegagalan dan permasalan di dalam dunia empirisme, indera kita ini dapat menipu. Tidak ada seorang pun yang memiliki pengalaman yang sama persis atau yang mengalami pengalaman yang sama untuk kedua kalinya atau yang dikatakan hari kemarin dengan hari ini sama. Apa yang kamu lihat, apa yang kamu dengarkan, apa yang kamu jamah, dan apa yang kamu raba, indra kita ini dapat menipu. Heraclitus memberikan satu kalimat ,”Seseorang menyeberang dari kanan ke kiri. Pada waktu dia menginjakkan kakinya ke dalam satu batu dan kemudian pindah dan kemudian pada waktu dia kembali menginjakkan pada batu yang sama, sekalipun itu batu yang sama, tidak ada hal yang sama. Sekalipun batunya sama, tetapi injakannya sudah mengalami perubahan. Dan pada waktu dia menginjak batu itu, aliran airnya pun sudah berubah.” Yang dimaksudnya tidak ada yang sama, hal-hal yang fana atau terbatas itu terus berubah. Maka metode pengetahuan empiris tidak pernah benar-benar dapat diuji. Pengalaman itu susah untuk diuji.

Saudara, waktu kita di dalam kebenaran Firman Tuhan, waktu mimbar diadakan, waktu Tuhan Yesus mengajar, Dia tidak berdasarkan pengalaman-pengalaman, tetapi berdasarkan suatu hal yang telah Allah Bapa tetapkan melalui catatan para nabi pada saat itu. Pada waktu Tuhan Yesus masuk ke dalam Bait Allah, Ia mengambil gulungan kitab nabi Yesaya dan mengatakan…  Saudara, sehingga di dalam hal ini maka metode empirisme itu dikatakan tidak pernah dapat benar-benar diuji. Saat kita beranggapan bahwa sekalipun tanpa Allah, pancaindera cukup untuk memberikan kepastian, itu berarti kita mendewakan panca indera kita dalam kebodohan.

Sejak manusia jatuh ke dalam dosa, kesimpulan dan pancaindera selalu mudah diserang dengan keragu-raguan, maka kita memerlukan kepastian yang di dalam. Kita perlu otoritas yang paling sah, seperti yang diteriakkan oleh Bapa Reformator yaitu kembali kepada Firman Tuhan, kembali kepada Wahyu Allah.

Pertama, wahyu Allah itu dikatakan suara Allah yang menghilangkan semua keragu-raguan dan memeteraikan segala jawaban di dalam kepastian. Saudara pernah memikirkan adakah di tengah-tengah  dunia ini buku yang dapat menceritakan asal usulmu? Adakah buku yang memberitahukan kita tentang tujuan kita hidup di bumi ini? Adakah buku yang membicarakan ke mana kita akan pergi setelah kematian? Satu-satunya buku yang menjelaskan semua ini secara berkuasa, mengenai eksistensi kita, keberadaan, asal-usul kita di tengah-tengah dunia ini, apa yang harus engkau lakukan dan ke mana engkau akan pergi setelah kematian diri kamu; buku yang menjawab semuanya, memberi kepada kita kepastian, dikatakan jawaban semua itu tidak akan usang bagi manusia di tengah-tengah bumi ini, yaitu Alkitab. Itulah bagian kedua kenapa kita harus kembali kepada otoritas Alkitab.

Ketiga, keberadaan Allah yang Mahakudus tidak mungkin dapat dihampiri manusia yang berdosa. Akibatnya, manusia tidak akan pernah dapat menemukan Allah yang sejati. Kalau manusia yang dengan segala arogansinya ingin mencari Allah yang adalah Pencipta, maka manusia itu Tuhan. Kalau hari ini saya bisa memahat sebuah patung dan saya bisa menyembah dia, maka yang menjadi tuhan itu bukannya patung ini, tetapi yang membuat patung ini. Saya pernah mengatakan kepada mama saya, “Punya mata tetapi tidak dapat melihat, punya telinga tetapi tidak dapat mendengar, punya kaki tangan tidak dapat berjalan dan menolong keberadaan kita. Patung ini ada karena saya, manusia yang membuat. Kalau manusia tidak eksis, patung ini pun tidak ada. Waktu kuil terbakar, bukan kita yang diselamatkan oleh tuhannya, tetapi kita yang menyelamatkan tuhan di dalam kuil itu.”

Allah yang Mahakudus tidak mungkin dapat dihampiri manusia yang berdosa. Akibatnya, manusia itu tidak akan pernah dapat menemukan Allah yang sejati. Tetapi oleh karena kasih Allah yang bersifat berinisiatif dan aktif maka Dia yang terlebih dahulu menyatakan diri-Nya untuk dikenali oleh pribadi kita. Kalau bukan Tuhan yang memberikan satu kemampuan dan pengertian di dalam diri kamu tidak ada seorang pun yang dapat menjumpai dan tidak ada seorang pun yang dapat mngenali-Nya. Semenjak dunia ini diciptakan, Allah senantiasa menyatakan diri-Nya kepada manusia, baik melalui wahyu umum, maupun wahyu khusus, dan Alkitab pun merupakan satu wahyu khusus.

Saudara, pada waktu Allah menciptakan dunia ini, Allah sudah menyatakan diri-Nya, masalahnya kamu tidak tahu. Kita pun harus melihat bahwa kemampuan-kemampuan manusia dan wahyu harus berjalan bersama-sama, maka posisi para Reformed sepanjang zaman menyatakan bahwa tidak mungkin bagi seseorang untuk mengerti wahyu tanpa pemikiran atau tanpa menggunakan akal budi. Mengapa saya dapat mengatakan, “Maka kita sendiri pun dapat melihat bahwa kemampuan manusia dan wahyu harus berjalan bersama-sama”? Dalam arti pengetahuanmu dan pemikiranmu, dengan wahyu yang Tuhan berikan itu harus berjalan bersama-sama. Dalam pengertian, tidak mungkin bagi seseorang dapat mengerti wahyu tanpa pemikiran atau tanpa adanya akal budi, tetapi juga tidak mungkin untuk berpikir secara wajar tanpa wahyu, tanpa adanya Firman Tuhan. Keseimbangan ini harus dijaga.

Saudara tidak boleh mengatakan, “Saya mempunyai kebenaran. Saya mempunyai otoritas,” tetapi otoritasmu apa? Apabila kamu dapat mencurahkan seluruh pemikiranmu tetapi membuang kebenaran Firman Tuhan maka engkau tidak berkata dalam kebenaran dan engkau tidak mempunyai otoritas di dalam kebenaran tersebut. Orang yang mempunyai Firman Tuhan, dia pun pasti mempunyai pemikiran. Kalau orang sudah membuang otoritas yang paling agung ini, maka kita dapat melihat pikirannya pun sudah tidak wajar, hidup dalam ketakutan, hidup dalam kejenuhan, hidup dalam kebimbangan, hidup dalam ketidakpastian.

Kenapa Allah mengatakan, “Pada waktu Aku menciptakan dunia ini Aku senantiasa sudah menyatakan diri-Ku kepada dunia ciptaan-Ku.” Maka dikenal wahyu umum; yang berarti tiga hal. Yang pertama, Allah menyatakan secara umum kepada semua orang, melalui alam semesta, melalui sejarah, melalui hati nurani manusia; di mana semua manusia itu seharusnya dapat melihat bahwa Allah itu ada. Allah menyatakan kepada semua orang, baik Anda Hindu, Buddha, Islam, Yahudi, kebatinan, kepercayaan, Kristen, semua Allah menyatakan dalam apa? Melalui alam semesta. Yang kamu pakai, yang kamu gunakan, yang kamu nikmati alam semesta ini. Kedua, secara dunia. Bahkan ketiga, hati nurani kamu, sehingga manusia secara tidak langsung ada hati nurani yang mengatakan, “Aku ada yang menciptakan segala sesuatunya dari yang tidak ada menjadi yang ada ini.” Jujur saudara, orang kalau tidak gila, di saat dia melihat satu pemandangan yang indah di tengah-tengah alam semesta ini, dia pasti akan bertanya, “Gua dari mana ya? Dari mana ini semuanya ada?” Orang yang berada dalam keadaan paling susah pun selalu mempunyai kalimat keluar dari mulutnya, “Tuhan, kenapa aku harus ada di tengah-tengah dunia ini?”

Yang kedua, wahyu umum itu disampaikan dan dimiliki sejak lahir; yaitu pembawaan lahir dari sensus, yaitu dalam pengertian eksistensi dan karakter Allah yang dimiliki semua manusia oleh natur mereka. Natur itu sudah ada, karakter itu sudah ada.

Roma 2:14-15 “14Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. 15Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela.

Dalam pengertian ini kita menjelaskan adanya satu konsep transendensi; Tuhan itu di atas dan melampaui semua ciptaan-Nya. Dia berbeda secara kualitas dari semua benda yang diciptakan-Nya dan tidak dapat tercampur dengan ciptaan itu. Seringkali secara tidak langsung kita menempatkan Tuhan seperti bagian di dalam keberadaan diri kita yang diciptakan Tuhan ini, padahal Dia Pencipta. Selain itu, wahyu umum yang disampaikan sejak lahir juga ada imanensi; Allah selalu hadir di semua tempat pada setiap waktu. Sejak kamu dikandung di dalam rahim ibumu dan sebelum dunia ini diciptakan, Allah terlebih dahulu yang memilih engkau. Kenapa kita selalu menjadi orang yang bimbang, orang yang tegang, orang yang hidup dalam ketakutan? Karena kamu tidak menyadari imanensi, yang artinya Allah selalu hadir di semua tempat pada setiap waktu. Maka wahyu umum, secara khusus menunjukkan transendensi Allah, sedangkan wahyu khusus secara khusus menunjukkan imanensi Allah.

Hari ini saya mengajarkan akan satu konsep yang penting mengenai mengapa adanya transendensi dan imanensi. Sekali lagi, transendensi itu Tuhan di atas dan melampaui semua ciptaan-Nya. Imanensi itu artinya Allah selalu hadir di semua tempat pada segala waktu. Maka pada waktu kita berbicara wahyu umum, dia secara khusus menunjukkan transendensi Allah. Tetapi pada waktu kita berbicara soal wahyu khusus, wahyu khusus secara khusus menunjukkan imanensi Allah, yaitu bahwa Allah itu selalu hadir di segala tempat pada segala waktu. Hari ini Saudara duduk, hari ini saya berbicara. Allah itu imanensi, Allah itu hadir di segala waktu. Jadi Allah kita itu tidak perlu diteriakin, kita tidak perlu pakai Alkitab kemudian seperti buku jimat yang harus kita jadikan bantal atau kita taruh di samping kita. Alkitab hanya cetakan, bukan berarti jika Saudara takut setan, Alkitab ini dapat mengusir setan. Saudara harus mempunyai satu konsep imanensi dan transendensi itu bersama-sama.

Kalau kita memandang alam semesta, bagaikan cermin yang memantulkan kemuliaan Allah, Sang Pencipta sehingga sebenarnya tidak seorang pun dapat mengatakan Allah itu tidak ada, kecuali orang itu bebal dan bodoh adanya. Maka sejak lahir, manusia mau tidak mau pasti menyadari Allah itu ada. Maka orang ateis di Cina selalu mengatakan, “Gua percaya Allah, tetapi dengan aku percaya kepada Allah apa yang bisa aku banggakan?”

Dalam bagian yang ketiga, wahyu umum itu berarti apa? Wahyu umum itu menyebabkan adanya agama. Justru kamu beragama, itu menunujukkan bahwa Allah itu menyatakan, berinisiatif dan aktif terlebih dahulu menyatakan sejak dunia ini diciptakan. Wahyu umum menyebabkan akan adanya agama, bahkan di antara bangsa-bangsa kafir. Mengapa orang-orang tidak percaya menganggap diri mereka sebagai keturunan Tuhan? Padahal mereka mengatakan, “Kami tidak beragama.” Tetapi mereka secara tidak langsung mengikrarkan kepada kebudayaan mereka. Kebudayaan mereka yang secara tidak langsung ialah satu garis keturunan yang berasal daripada tuhan. Pernyataan ‘tuhan’ itu kan macam-macam. Pernyataan ‘tuhan’ dalam dunia suku maya itu seperti apokalipto dalam arti penampakan matahari. Kalau matahari itu bergeser dan agak gelap, mendung, dia mengatakan bahwa Allahnya sedang istirahat atau sedang tidak ada. Tetapi kalau mataharinya terik, dia menunjukkan kalau Allah itu hadir. Mengapa orang-orang tidak percaya menganggap diri mereka adalah keturunan tuhan? Kisah Para Rasul pernah mengatakannya bahwa tidak ada satu pun yang akan menyatakan tidak ada Tuhan.

Dalam wahyu umum kita mengerti ada 3 bagian. Kalau begitu Saudara, sebagaimana wahyu umum cukup untuk menyatakan Allah pada umat manusia, begitu pula wahyu umum juga tidak cukup dalam beberapa hal. Kalau Saudara mengatakan wahyu umum sudah cukup, tidak perlu lagi mengerti Alkitab, kembali saja kepada dunia ciptaan alam semesta, toh itu sudah cukup. Maka kita akan mulai bicara, apakah cukup dengan kamu menggunakan wahyu umum? Kita akan buktikan wahyu umum itu tidak cukup untuk membuktikan keberadaan otoritas yang tertinggi.

Ada dua hal, yang pertama wahyu umum tidak pernah bermakna tanpa wahyu khusus atau sebaliknya. Kamu mengatakan wahyu umum saja, saya mengatakan itu tidak ada maknanya jikalau tanpa wahyu khusus. Ada orang yang mengatakan cukup dengan Alkitab, tetapi membuang wahyu umum, itu pun juga tidak baik. Maka antara wahyu umum dan wahyu khusus itu pun menjadikan suatu hal yang perlu kita jaga keseimbangannya karena kedua hal ini yang telah Allah tetapkan. Allah berbicara; itu wahyu khusus, kepada Adam sebelum kejatuhan, “Seluruh pohon di dalam taman ini boleh engkau makan, tetapi cuma pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, jangan engkau memakannya, jika engkau makan, maka engkau akan mati adanya.” Waktu Allah berkata, itu wahyu khusus. Alam sendiri tidak akan dapat memberi kepada manusia sesuatu pengertian tentang apa yang Allah tuntut darinya. Waktu Allah menciptakan alam semesta ini, Saudara hanya berpegang pada wahyu umum, waktu Allah memerintahkan, “Jadilah terang, jadilah bintang-bintang di langit dan burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut.” Banyak orang menikmati alam semesta ini, hanya menikmati tetapi jujur kalau saya ingin bertanya, “Engkau mengerti tidak apa yang Allah tuntut dari diri kamu di tengah-tengah alam semesta ini?” Kalau hari ini manusia dapat kembali hanya karena wahyu umum, luar biasa Saudara. Tidak akan ada bajingan, tidak ada pembunuhan. Justru alam semesta itu tidak akan dapat memberikan pada manusia satu pengertian tentang apa yang Allah tuntut darinya. Doktrin Kristologi, Allah Tritunggal tidak akan dapat ditemukan di dalam wahyu umum, oleh atau dari dirinya sendiri. Kita melihat bahwa bentuk komunikasi ini harus melalui komunikasi verbal, maka wahyu umum tidak lengkap tanpa wahyu khusus.

Komunikasi tertulis, komunikasi yang sudah tersampaikan bahwa Allah berfirman dan Allah memakai, pada waktu Dia memberikan inspirasi dan wahyu-Nya, melalui para rasul dan para nabi Dia menyatakan hal ini. Tetapi demikian pula sebaliknya, tanpa wahyu umum berupa pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, perintah untuk tidak makan darinya akan jadi tidak berarti. Jangan mengatakan wahyu umum yang penting, wahyu khusus tidak penting, ataupun wahyu khusus yang penting, wahyu umum tidak penting karena pada waktu Allah menciptakan, Allah memerintahkan, segala sesuatu yang Allah ciptakan itu ada artinya dan ada maknanya. Begitu pula Allah berfirman itu mempunyai satu kesinambungan dan kebersamaan dengan adanya eksistansi daripada wahyu umum juga. Terdapat suatu keharmonisan yang sempurna di antara kedua bentuk wahyu Allah ini, keduanya itu seharusnya berjalan bersama-sama, saling bergantungan satu sama lainnya.

Dalam hal ini bagaimanakah tanggapan para reformator? John Calvin menegaskan bahwa wahyu umum harus selalu dilihat dari kacamata Firman Allah. Yang umum harus dianalisa dari yang khusus. Wahyu umum harus terlebih dahulu diuji oleh wahyu khusus untuk melihat apakah cocok dengan keseluruhan ajaran Alkitab. Dengan kata lain, tidak pernah Alkitab dibuat tunduk pada penemuan-penemuan ilmiah, tetapi penemuan ilmiah harus dicocokkan dengan berita-berita verbal, berita-berita yang tertulis di dalam Alkitab yang lebih tepat adanya. Maka Calvin selalu mengatakan, engkau harus memakai kacamata God-centered not human-centered. Ini tidak berarti wahyu khusus lebih akurat daripada wahyu umum karena kalau tidak apakah ciptaan Allah tidak baik adanya? Padahal Tuhan mengatakan segala sesuatu yang Aku ciptakan adalah baik adanya. Kalau Saudara mengatakan apa yang Tuhan ciptakan itu tidak baik, berarti Saudara mengatakan apa yang Tuhan katakan itu tidak baik. Maka dikatakan kedua hal itu saling berhubungan, tetapi wahyu khusus lebih spesifik isinya dan menolong kita dalam melihat alam secara lebih tepat.

Sejak peristiwa kejatuhan, manusia mempunyai cahaya alam yang bersinar terang tentang Dia, tetapi dalam dosanya manusia memandang wahyu ini sebagai satu kekaburan. Tidak ada yang salah dengan dunia ciptaan Allah, tetapi kesalahan tersebut terdapat pada diri daripada manusia. Hanya Roh Allah yang melalui kebenaran Allah yang diinspirasikan dapat menjadikan gambaran tersebut, pada waktu Saudara melihat keberadaan alam semesta itu dengan lebih jelas. Calvin mengatakan dengan satu hal yang tepat sekali, dia tidak membuang wahyu umum ini, tetapi dia mengatakan, “Pada waktu engkau melihat wahyu umum itu harus dengan kacamata Firman Tuhan.”

Yang terakhir, wahyu umum tidak cukup karena wahyu umum tidak mampu menyatakan Allah sebagai Penyelamat, Allah sebagai Penebus. Alam menyatakan Allah itu sebagai Pencipta, alam menyatakan Allah itu sebagai Hakim, hanya Alkitab yang menyampaikan dalam wahyu khususnya bahwa Anak sebagai Juruselamat. Manusia setelah kejatuhan sangat membutuhkan wahyu khusus, manusia membutuhkan Juruselamat, manusia butuh pertolongan daripada Tuhan. Dalam konteks ini, ayat di bawah inilah yang menyadarkan Bapa Reformator untuk kembali kepada final authority yaitu kembali kepada Alkitab sendiri.

Roma 1:16-17:  16Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. 17Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: ''Orang benar akan hidup oleh iman.''

Roma 10:17 : Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.

Mari kita kembali sadar bahwa Alkitab ini bukan barang mati yang bisa saudara dapatkan di toko-toko buku saja. Terlalu mudah untuk kita dapatkan, tetapi bukan berarti kita dapat menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak berotoritas dan yang tidak ada gunanya, tidak ada maknanya. Alkitab inilah yang akan menerangi dan membuat Saudara mengerti serta menyadarkan Saudara akan eksistansi pribadimu yang sebenarnya dan lebih mengenal kepada Pencipta alam semesta ini, termasuk pribadi kita. Marilah kita kembali kepada Sola Scriptura sehingga apa yang kamu katakan, apa yang kamu rasakan, dan apa yang kamu pikirkan harus kembali kepada ketetapan wahyu khusus yaitu kebenaran Firman Tuhan yang berotoritas karena Dia berfirman maka segala sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Karena Dia berfirman, yang sudah memerintahkan, tidak ada seorang pun yang dapat menambah dan menguranginya. Dia yang sudah berfirman, maka segala sesuatu yang Dia katakan, Dia akan genapi, Dia akan bayar lunas, dan Dia akan menepati segala sesuatu yang telah Dia katakan. (AL)

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)