Ringkasan Khotbah, Siapakah Kristus (II) - Ev. David Tong

Pengkotbah: Ev. David Tong
Nats Alkitab: Lukas 7:1-10
Tanggal & Waktu: 25 November 2012, pk 10.40

Beberapa tahun yang lalu, statistik di internet menyatakan bahwa dari sekitar 300 juta penduduk di Amerika, ada 4 milyar kartu Natal yang dikirimkan. Natal dirayakan oleh berbagai kalangan, baik ateis maupun orang-orang non-Kristen, tapi berapa banyak di antar mereka yang mengenal siapakah Kristus yang dirayakan dalam Natal? Bahkan juga tidak sedikit orang Kristen yang belum mengenal siapakah Kristus sesungguhnya. Mari dalam masa menjelang Natal ini kita memikirkan siapakah Kristus yang datang dalam kerendahan-Nya ke dalam dunia.

Lukas pasal 7 adalah bagian yang menarik, karena menjawab pertanyaan orang-orang mengenai siapakah Yesus. Dalam Lukas 7:11-17 ketika Tuhan Yesus membangkitkan anak muda di Nain, orang-orang hanya mempersamakan Yesus dengan nabi besar. Dalam perikop selanjutnya, bahkan Yohanes Pembaptis, orang yang dilahirkan untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan Yesus, juga mempertanyakan apakah Yesus adalah Mesias yang akan datang itu. Selanjutnya dalam Lukas 7:36 dan seterusnya, ada perempuan yang membasahi kaki Tuhan Yesus dengan airmatanya dan kemudia menyekanya dengan rambutnya; ia merendahkan dirinya sedemikian rupa karena itu adalah pekerjaan seorang budak. Lalu Tuhan Yesus berkata kepada perempuan itu bahwa dosanya telah diampuni. Di ayat 49, mereka yang makan bersama-sama dengan Tuhan Yesus kemudian bertanya-tanya siapakah Dia ini (sehingga Ia dapat mengampuni dosa) – inilah tema dari Lukas pasal 7. Perhatikan bahwa orang-orang Israel tidak mengenal siapakah Yesus, tetapi dalam Lukas 7:1-10 ada seorang bukan Israel yang kenal benar siapa Yesus itu.

Lukas 7:1-13 paralel dengan Matius 8:5-13 dan Yohanes 4:46-53. Tetapi Yohanes 4:46-53 tidak menceritakan hal yang sama dengan Matius 8:5-13 dan Lukas 7:1-13.

Matius 8:5-13

Lukas 7:1-10
5Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya: 6"Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita." 7Yesus berkata kepadanya: "Aku akan datang menyembuhkannya." 8Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: "Tuan, aku tidak layakmenerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. 9Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya." 10Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel. 11Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur danBarat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, 12sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalamkegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi." 13Lalu Yesus berkata kepada perwira itu: "Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya." Maka pada saat itu juga sembuhlah hambanya.
1Setelah Yesus selesai berbicara di depan orang banyak, masuklah Ia ke Kapernaum. 2Di situ ada seorang perwira yang mempunyai seorang hamba, yang sangat dihargainya. Hamba itu sedang sakit keras dan hampir mati. 3Ketika perwira itu mendengar tentang Yesus, ia menyuruh beberapa orang tua-tua Yahudi kepada-Nya untuk meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan hambanya. 4Mereka datang kepada Yesus dan dengan sangat mereka meminta pertolongan-Nya, katanya: "Ia layak Engkau tolong, 5sebab ia mengasihi bangsa kita dan dialah yang menanggung pembangunan rumah ibadat kami." 6Lalu Yesus pergi bersama-sama dengan mereka. Ketika Ia tidak jauh lagi dari rumah perwira itu, perwira itu menyuruh sahabat-sahabatnya untuk mengatakan kepada-Nya: "Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku; 7sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. 8Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya." 9Setelah Yesus mendengar perkataan itu, Ia heran akan dia, dan sambil berpaling kepada orang banyak yang mengikuti Dia, Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!" 10Dan setelah orang-orang yang disuruh itu kembali ke rumah, didapatinyalah hamba itu telah sehat kembali.

Kita melihat ada banyak paralel yang lain antara Injil Matius & Injil Lukas, tetapi ada beberapa mujizat yang urutan penulisannya berbeda, antara sebelum dan setelah Khotbah Di Bukit. Apakah berarti Alkitab keliru? Kita harus mengerti bahwa pada jaman itu, tidak ada tuntutan untuk menceritakan sesuatu secara kronologis. Tujuan dari pencatatan mujizat-mujizat Tuhan Yesus dalam Injil Matius adalah untuk menunjukkan bahwa Dia memiliki kuasa atas semua perkataan-Nya dan juga semua tindakan-Nya; Dialah Mesias, Anak Allah (tetapi orang-orang pada masa itu salah mengerti siapakah Yesus).

Kita dapat melihat Matius 8 ditulis sedikit lebih panjang daripada Lukas 7. Perkataan Tuhan Yesus dalam Matius 8:11-12 tidak dicatat dalam Lukas 7. Lalu, Lukas 7 menuliskan perwira tersebut tidak pernah langsung tatap muka dengan Yesus; ia hanya memakai perantara (para tua-tua Yahudi & sahabat-sahabatnya) untuk menyampaikan perkataannya kepada Tuhan Yesus. Sedangkan Matius tidak menuliskan ada perantara; perwira itu langsung bertemu dengan Tuhan Yesus.

Ada beberapa cara penjelasan tentang kontradiksi yang terjadi ini. Yang pertama ada yang mengatakan bahwa ini adalah dua cerita yang sama sekali berbeda. Tapi hal ini tidak mungkin sekali karena apa yang perwira itu katakan dan yang Tuhan Yesus katakan itu sama. Jadi kita menolak cara penjelasan ini. Keduanya mencatat peristiwa yang sama.

Golden Huge memiliki penjelasan yang lain yaitu ini adalah satu cerita yang sama tetapi dalam cerita tersebut ada beberapa tahap :  yaitu yang pertama, dalam Lukas 7 perwira tersebut mengirimkan tua-tua orang Yahudi dan sahabat-sahabatnya untuk memberitahu pada Tuhan Yesus bahwa Dia tidak perlu datang ke rumahnya. Tetapi karena Yesus tetap ingin datang ke rumah perwira tersebut maka perwira tersebut datang sendiri menghadap Yesus seperti apa yang ditulis dalam Matius 8. Menurut Golden Huge, memang ada kesulitannya : dalam Lukas 7:6 mencantumkan alasannya mengapa si perwira tidak mau Tuhan Yesus datang ke rumahnya, yaitu ia merasa tidak layak, tetapi kemungkinan si perwira itu bukan sama sekali tidak mau Tuhan Yesus datang ke rumahnya. Mula-mulanya ia sungkan, tetapi akhirnya dia berubah pikiran dan datang menemui Tuhan Yesus. Jadi, bagian-bagian Alkitab yang kelihatannya kontradiktif itu sebetulnya bisa diharmoniskan. Bapak gereja Augustinus mengatakan bahwa firman Tuhan itu dari Tuhan, jadi tidak mungkin kontradiksi. Penjelasan lainnya dari Augustine yang juga diterima oleh John Calvin adalah bahwa representatives are deemed identical with the one who send them. Perwakilan itu bertindak untuk dan atas nama yang diwakilkan, dan oleh si penerimanya dianggap sama dengan yang diwakilkan (bandingkan dengan Galatia 4:14). Lihat juga Matius 27:26 & Markus 15:15 yang mencatat bahwa yang menyesah dan menyalibkan Tuhan Yesus adalah Pilatus. Tetapi tidak mungkin Pilatus memegang cambuk dan palu; dia hanya memberikan perintah, yang melakukan adalah para serdadu yang diperintahkannya. Demikian juga, Matius 8 tidak mencatat mengenai perantara yang diutus si perwira, karena perkataan si perantara itu dianggap sama dengan perkataan dari si perwira itu sendiri.

Pertanyaannya adalah : mengapa harus memiliki perbedaan ini?  Ada 3 alasan :


1.         Karena keduanya menceritakan hal yang tidak salah. Karena keduanya benar jadi mereka tidak ada salahnya untuk menceritakan dari perspektif yang berbeda.

2.         Karena manusia diciptakan berbeda jadi manusia bisa menceritakan melalui perspektif yang berbeda. Doktrin itu sangat penting dan ada hubungannya dalam kehidupan kita sehari-hari, contohnya Doktrin Allah Tritunggal itu ada signifikansinya. Di dalam Allah Tritunggal ada 3 pribadi  tapi satu ensensi (bukan sepenuhnya monoteis yang satu pribadi satu esensi, juga bukan sepenuhnya politeis yang banyak pribadi banyak esensi). Ada unity in diversity. Maka kita sebagai ciptaan  Allah Tritunggal juga memiliki perbedaan termasuk perbedaan perspektif dalam memandang satu hal (unity in diversity).

3.         Karena penulis Alkitab ingin meceritakan dari penekanan yang berbeda. Matius menuliskan kitab Matius untuk orang-orang Yahudi sedangkan Lukas menuliskan kitab Lukas untuk orang-orang non-Yahudi. Maka dalam Matius 8 ada tambahan di ayat ke-11 : bahwa keselamatan sekarang dicangkokkan kepada orang-orang non-Yahudi dan orang-orang Yahudi akan ditolak karena meninggalkan Tuhan. Itu sebabnya Matius 8 mencatat percakapan langsung si perwira (yang adalah orang non-Yahudi) dengan Tuhan Yesus; ada perjumpaan langsung (encounter) antara orang non-Yahudi dengan Tuhan Yesus. Sedangkan Lukas menuliskan kepada orang-orang non-Yahudi bahwa ‘keselamatan (yang tadinya diberikan kepada orang-orang Yahudi), akan datang kepadamu’; engkau tidak selayaknya menerima keselamatan ini, maka datanglah kepada Tuhan Yesus dengan perasaan tidak layak (kerendahan hati) itu. Jadi Matius & Lukas dua-duanya benar, hanya menekankan hal yang berbeda.

Coba lihat lagi Lukas pasal 7, ada banyak hal yang harus kita perhatikan lebih dalam lagi, karena agak sulit dimengerti. Yang pertama, mengenai Kapernaum. Kapernaum terletak di pinggiran Danau Galilea. Kota yang sangat penting sekali karena kota ini merupakan terletak di antara lintas perdagangan Mesir dan Syria maupun lintas perdagangan antara Mesir dan Mesopotamia. Ketika Tuhan Yesus ditolak di Nazaret, maka Dia memilih Kapernaum sebagai basis pelayanan-Nya (Matius 4:13). Para nelayan termasuk Yohanes, Petrus, Yakobus bekerja di daerah Kapernaum tersebut dan akhirnya dipanggil oleh Tuhan Yesus menjadi penjala manusia. Matius si pemungut cukai juga bekerja di Kapernaum. Karena begitu pentingnya kota ini maka pemerintahanRoma menempatkan beberapa tentara di kota ini dengan tujuan agar jalannya perdagangan menjadi adil (tidak ada yang illegal)  dan juga untuk memungut pajak.

Yang kedua, mengenai siapa perwira. Dalam Alkitab bahasa Indonesia, tidak terlalu jelas siapa perwira ini, tetapi dalam bahasa Inggris istilah yang digunakan adalah centurion, yaitu seorang kepala dari century. (Dalam sistem militer orang Romawi, tentara dibagi menjadi legion-legion yang masing-masing terdiri dari 5000-6000 orang tentara. Pada puncaknya, kerajaan Romawi memiliki 28.000 legion yang ditugaskan di tempat yang berbeda-beda. Centurion merupakan posisi yang paling penting, kepala dari seratus. Centurion-lah  yang menjalankan disiplin untuk prajurit-prajurit di bawahnya dan menjadi tulang punggung dari tentara Romawi. Jika gaji rata-rata tentara Romawi sehari adalah satu dinar, maka Centurion menerima 14 sampai dengan 40 kali lipat dari itu. Centurion yang dicatat dalam Alkitab mempunyai konotasi yang positif, misalnya centurion di bawah salib Tuhan Yesus yang mengatakan “Dia adalah orang yang benar”. Ketika seorang centurion mengetahui bahwa Paulus akan diculik dan dibunuh oleh orang-orang Yahudi, maka dia langsung berinisiatif untuk menyelamatkan Paulus. Dalam Kisah Para Rasul dicatat mengenai Kornelius, seorang yang takut akan Tuhan, dia adalah seorang centurion. Dalam Lukas 7, yang disembuhkan Tuhan Yesus adalah hamba dari centurionYang kedua, mengenai siapa perwira. Dalam Alkitab bahasa Indonesia, tidak terlalu jelas siapa perwira ini, tetapi dalam bahasa Inggris istilah yang digunakan adalah centurion, yaitu seorang kepala dari century. (Dalam sistem militer orang Romawi, tentara dibagi menjadi legion-legion yang masing-masing terdiri dari 5000-6000 orang tentara. Pada puncaknya, kerajaan Romawi memiliki 28.000 legion yang ditugaskan di tempat yang berbeda-beda. Centurion merupakan posisi yang paling penting, kepala dari seratus. Centurion-lah  yang menjalankan disiplin untuk prajurit-prajurit di bawahnya dan menjadi tulang punggung dari tentara Romawi. Jika gaji rata-rata tentara Romawi sehari adalah satu dinar, maka Centurion menerima 14 sampai dengan 40 kali lipat dari itu. Centurion yang dicatat dalam Alkitab mempunyai konotasi yang positif, misalnya centurion di bawah salib Tuhan Yesus yang mengatakan “Dia adalah orang yang benar”. Ketika seorang centurion mengetahui bahwa Paulus akan diculik dan dibunuh oleh orang-orang Yahudi, maka dia langsung berinisiatif untuk menyelamatkan Paulus. Dalam Kisah Para Rasul dicatat mengenai Kornelius, seorang yang takut akan Tuhan, dia adalah seorang centurion. Dalam Lukas 7, yang disembuhkan Tuhan Yesus adalah hamba dari centurion

Yang ketiga, mengenai orang-orang Yahudi. Mereka benci kepada orang-orang non-Yahudi karena dianggap sebagai kaum yang dibuang oleh Tuhan. Khususnya, mereka benci kepada orang-orang Romawi karena menjajah tanah mereka, bahkan mengenakan pajak. Menarik sekali melihat dalam kisah ini ada tua-tua Yahudi yang menjadi perantara dari si centurion.

Yang keempat, mengenai hamba si centurion. Istilah bahasa aslinya adalah budak, bukan hamba. (Bahasa Inggris juga menggunakan istilah servant, bukan slave, karena istilah slave sangat sensitif bagi orang-orang Amerika yang pernah mengalami Civil War di abad ke-18 karena perdebatan mengenai budak. Tetapi tim English Standard Bible sedang mempertimbangkan apakah istilah slave yang akan dipakai dalam edisi Alkitab berikutnya karena lebih sesuai dengan istilah bahasa aslinya.) Orang Yahudi dan orang Romawi memiliki pandangan yang sangat berbeda terhadap budak. Orang Yahudi memiliki budak non-Yahudi (tawanan perang) maupun budak Yahudi (misalnya karena tidak dapat membayar hutang). Ada privileges yang diterima oleh para budak dari orang-orang Yahudi : mereka tidak boleh bekerja pada hari Sabat maupun hari raya ketika ada perayaan besar (mengingat pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir). Dalam konsep orang Yahudi, tidak mungkin ada budak yang bisa jadi budak seumur hidupnya; pada tahun ketujuh, seorang budak harus dibebaskan (kecuali dia memilih sendiri untuk menjadi budak seumur hidup). Alasannya karena orang Israel tidak menjadi budak di Mesir seumur hidupnya, Tuhan membebaskan mereka. Sedangkan dalam konsep orang Romawi, budak itu adalah property, dimiliki seumur hidup. Aristotle mengatakan : slave is just a living tools. Orang Romawi sangat tergantung dengan budak; semua perekonowian Romawi tergantung sekali dengan budak. Karena mereka bisa mendapatkan budak dengan murah sekali, maka mereka lebih banyak menggunakan budak daripada tehnologi. Sekalipun diminta mati, seorang budak harus mentaati. Tetapi menarik sekali melihat dalam perikop yang kita baca bahwa si centurion (seorang non-Yahudi) begitu mengasihi hambanya yang hampir mati.

Siapakah si centurion ini? Dia adalah orang yang takut terhadap Tuhannya orang Yahudi walau dia bukan orang Yahudi. Kita dapat melihat karakteristik si centurion ini : Dia menyayangi orang-orang di sekitarnya bahkan ia menyayangi budaknya sendiri. Perwira ini juga menyayangi orang-orang Yahudi yang membenci dia. Memang sulit bagi kita untuk bisa care terhadap orang-orang yang berbeda dengan kita (latar belakang, ras, hobby atau apapun). Membaca Lukas 7 membuat saya bingung, siapakah yang lebih mengerti konsep mengasihi musuh : orang Yahudi ataukah orang non-Yahudi?  Kita dapat melihat dari Lukas7:4 bahwa pernyataan bahwa orang non-Yahudi lebih mengasihi orang Yahudi bukan datang dari orang non-Yahudi, tetapi datang dari mulut orang Yahudi sendiri. Mengapa tidak sebaliknya tua-tua Yahudi meminta Tuhan Yesus untuk menyembuhkan hamba si centurion karena mereka mengasihi si centurion? Kasih dari si centurion kepada bangsa Yahudi membuat tua-tua Yahudi itu hormat kepadanya. Si centurion bahkan mengasihi Tuhan yang tidak bisa dia lihat, ini kita lihat dari bagaimana dia membuat komitmen dalam pekerjaan Tuhan.

Lukas7:7 mencatat bahwa dia membantu membangun rumah Tuhan (sinagoge) di Kapernaum. Mengapa yang membangun rumah Tuhan itu adalah orang non-Yahudi, bukan orang Yahudi? Satu prinsip yang  harus kita pegang : kalau kita memang mengasihi Tuhan, bukan hanya di mulut kita saja tapi di mana komitmen kita? Apa yang kita lakukan untuk Tuhan? Ibadah bukan hanya satu kali seminggu di gereja, tetapi keseluruhan hidup kita adalah dibadah di hadapan Tuhan. Hidup kita adalah coram deo, hidup di hadapan Tuhan. Orang Kristen sering mencari hal-hal yang paling gampang : gereja yang paling gampang, dosen yang paling gampang. Jika demikian, bagaimana kita bisa berjuang untuk pekerjaan Tuhan? Harus ada sacrificial worship (bukan easy worship). Mengapa harus satu orang yang bukan yahudi ini harus menanggung untuk membangun bait Allah? Mengapa bukan orang-orang Yahudi lainnya yang ada di Kapernaum? Kita sebagai orang Kristen harus belajar berkorban untuk perkerjaan Tuhan. Ada yang dipanggil untuk  berkorban dalam hal uang, ada yang berkorban dalam hidup untuk menjadi hamba Tuhan. Ada orang yang sibuk bekerja, sampai seolah-olah dirinya dimiliki oleh perusahaan, lalu kapan mau bekerja buat Tuhan? George Barna mengatakan : mereka yang regular (1 bulan 1 kali) ke gereja di Amerika, hanya ada 37% tidak pernah memberikan 10 sen pun untuk Tuhan dan di antara semua orang Kristen di Amerika, hanya 3-4 persen saja yang memberikan persepuluhan.

Apakah karena 2 hal ini (karena cinta perwira terhadap orang-orang di sekitarnya dan cinta dia terhadap Tuhan) maka orang tersebut patut untuk ditolong Yesus? Bagi orang-orang Yahudi : iya (Lukas 7:4). Calvin dalam eksposisi bagian ini mengatakan betapa ironisnya! Ini adalah orang-orang Yahudi yang menolak Tuhan Yesus namun sekarang malah mengatakan perwira itu layak ditolong.

Dalam hal ini kita bisa mempertanyakan, apakah tua-tua orang Yahudi tersebut benar-benar mengerti siapakah Tuhan Yesus itu, karena jika ya, maka tidak mungkin mengatakan dia (si perwira) layak untuk Tuhan tolong. For there is nothing God has to do for you and for me. Jadi dalam hidup kita jika kita melakukan sesuatu untuk Tuhan lalu menuntut Tuhan juga harus melakukan sesuatu untuk kita, maka berarti kita belum mengenal siapakah Tuhan kita.

Siapakah Kristus menurut perwira ini? Walau ahli-ahli Taurat menyamakan Yesus dengan Imam Besar, walaupun Yohanes Pembaptis masih mempertanyakan apakah Yesus adalah Sang Mesias, tetapi perwira ini mengetahui bahwa Yesus adalah Tuhan dan Yesus adalah Mesias yang dikirim oleh Tuhan. Di mana kita lihat hal itu? Pertama, karena perwira ini mengatakan bahwa Yesus tidak layak datang ke rumah perwira ini. Dalam tradisi Yahudi, jika orang Yahudi datang ke rumah orang non-Yahudi, maka ia menjadi dicemarkan, menjadi najis. Perasaan ketidaklayakan ini bukan hanya karena tradisi Yahudi, tetapi karena dia tahu siapa Kristus itu. Dalam Lukas 7:6, si perwira memanggil Yesus dengan sebutan “Tuan” (dalam bahasa Grika : kurios). Si perwira yang biasanya dipanggil oleh bawahannya sebagai ‘tuan’, sekarang di hadapan Kristus dia reverse, memanggil Kristus sebagai “Tuan”; Yesus adalah Tuan dan dia adalah hamba.

Filipi 2:5-8 mengatakan mengenai Kristologi. Kita mengenal ayat Alkitab ini tetapi kita tidak pernah tahu ayat berikutnya mengenai the Lordship of Christ in our lives. Ayat 10-11 mengakhiri bagian ini dengan mengatakan “supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku : “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!”  Jika kita mengenal Kristus, maka itu akan memimpin kita pada lordship of Christ. Kita adalah budak dan Kristus adalah Tuan kita, si perwira mengerti hal ini.

Yang kedua, karena perwira tersebut itu mengatakan “katakan saja maka hambaku akan sembuh”. Dari mana sang perwira itu mengetahui Kristus mampu melakukan hal tersebut?  Dalam Perjanjian Lama tidak ada orang yang menyembuhkan dari jauh hanya dengan berkata-kata. Karena dia mengerti bahwa Yesus adalah Tuhan.

Menjelang Natal, marilah kita menyadari ketidaklayakan diri kita untuk menerima Kristus yang datang mencari kita. If you put Christmas with that kind of understanding, then you truly understand who Christ is. Kristus adalah Tuhan dan kami tidak layak menerima apapun dalam perjalanan hidup ini. (YP)

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)