Ringkasan Khotbah, Siapakah Kristus - Ev. David Tong

Pengkotbah : Ev. David Tong
Nats Alkitab : Matius 9:1-13
Tanggal & Waktu : 25 November 2012 & pk 8.00am


Sebentar lagi kita akan merayakan moment yang sangat penting yaitu Natal, tetapi banyak orang merayakan Natal tanpa mengerti siapa yang mereka rayakan. Hari ini saya akan mengambil tema : ‘’Siapakah Kristus?’’ Who is this person? Siapakah orang ini yang nanti kita rayakan? Dalam Alkitab, pertanyaan ini keluar ketika Yesus datang ke dunia dan melakukan banyak mujizat. Siapakah orang ini yang bahkan dapat mengampuni dosa? Siapakah Dia yang memiliki otoritas sedemikian?

Bagian pertama diambil dari Matius 9:1-13. Dalam Kitab ini Matius tidak sembarangan memilih materi, jikalau kita perhatikan dalam Matius 5-7 (dikenal sebagai Kotbah di Bukit), khususnya Matius 7:28 dimana dalam akhir kotbah di bukit Matius mencatat kesan orang banyak yang mendengarkan pengajaran Tuhan Yesus : mereka takjub! Mengapa? Sebab Kristus mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa (has authority), begitu berbeda dengan ahli-ahli Taurat mereka. Jadi pada akhir pengajaran Yesus, Matius mau mengatakan bahwa Yesus memiliki otoritas atas apa yang Ia katakan. Jika kita perhatikan lagi Matius 8 & 9 itu adalah rentetan mujizat yang dicatat oleh Matius one by one dan seluruhnya ada 9 mujizat, misalnya menyembuhkan orang yang sakit, meredakan angin ribut, mengampuni orang berdosa dan juga mengusir setan. Semua dicatat dengan tujuan untuk menyatakan siapakah Kristus itu sebenarnya. Di dalam kesan pendengar, Tuhan Yesus bukan hanya berotoritas atas perkataan-Nya tapi Dia juga berotoritas pada perbuatan-Nya (Jesus has authority over His words & His deeds); inilah tujuan Matius mencatat mujizat-mujizat itu, yaitu menyatakan bahwa Dialah Mesias itu. Darimana kita bisa melihat hal ini? Jikalau kita perhatikan mujizat-mujizat atau kesembuhan-kesembuhan yang Tuhan Yesus lakukan, itu belum pernah dilakukan oleh nabi-nabi sebelumnya.

Dalam Matius pasal 8 dicatat mujizat yang pertama yang dicatat setelah kotbah di bukit yaitu Yesus menyembuhkan orang kusta. Pernahkan kita perhatikan bahwa di dalam Perjanjian Lama ada orang sakit yang disembuhkan? Jawabannya : ada, yaitu pada zamannya Musa, kakak dari Musa itu sendiri (Miriam) karna melawan, menolak Tuhan maka ditimpakan penyakit kusta dan kusta itu sendiri pada akhirnya disembuhkan. Tetapi jika kita perhatikan lebih lanjut sejak Musa sampai kedatangan Yesus yang pertama kali itu tidak pernah ada satu orang Israel pun yang pernah disembuhkan penyakit kustanya. Ada seorang yang namanya Naaman yang disembuhkan oleh Elisa (2 Raja-raja pasal 5) tapi Naaman, bukanlah orang Israel, sehingga dari zaman Musa hingga Yesus datang pertama kali tersebut tidak ada satupun orang Israel yang disembuhkan dari penyakit kusta. Penyakit kusta ini demikian menakutkan sehingga orang Israel dianggap najis jika ia memegang orang kusta tersebut, dan orang-orang kusta ini harus dikesampingkan keluar dari kumpulan orang-orang Israel (community of the people of God) tersebut. Tetapi kita melihat bahwa Tuhan Yesus bukan hanya menyembuhkan 1orang kusta saja tetapi menyembuhkan 10 orang kusta sekaligus. Siapa orang ini? Di zaman sebelum Yesus datang, orang yang menderita sakit kusta itu sudah begitu banyak sekali tetapi pada akhirnya ketika Kristus datang baru menyembuhkan orang Israel dari penyakit kusta itu.

Yang kedua, jika kita perhatikan, mengusir setan tidak pernah dicatat dalam Perjanjian Lama. Tidak pernah seorangpun yang dicatat pernah mengusir setan, kecuali jika anda melihat literatur di luar Perjanjian Lama (literatur di luar Alkitab), ada dicatat bahwa orang Yahudi pernah mengusir setan di mana dalam  pemikiran mereka ketika mereka mengusir setan itu mereka harus mengetahui nama dari setan tersebut sehingga setelah mengetahui nama dari setan tersebut mereka memiliki kontrol atas setan tersebut; nama adalah suatu yang penting bagi orang Yahudi pada saat itu khususnya ketika mengusir setan. Tetapi jika kita kembali lagi melihat dalam Perjanjian Lama, tidak tercatat satu orangpun yang diusir setannya oleh orang lain; itu tidak pernah, sampai saat Yesus datang pertama kali di mana dicatat kurang lebih sebanyak 7 kali Ia mengusir setan. Dan pernah ada kasus-kasus tertentu juga tercatat bahwa Yesus pernah mengusir begitu banyak orang yang kerasukan setan, misalnya pada Matius pasal ke 8, setelah Yesus menyembuhkan ibu  mertua Petrus (ayat ke 16) sekali dicatat Yesus mengusir banyak setan; siapakah Dia? Kemudian dalam Matius 12:22 ada satu hal yang menarik yaitu orang yang kerasukan setan itu adalah orang buta dan bisu; tentunya dia tidak bisa melihat ketika Yesus datang dan khususnya orang itu tidak dapat memberitahu Yesus nama dari setan yang berada dalam tubuhnya itu siapa. Jadi ketika Tuhan Yesus mengusir setan (dalam Matius pasal 12), itu adalah satu hal yang demikian unik bagi orang-orang Yahudi, mengapa? Karena Tuhan Yesus tidak perlu tahu nama setan itu siapa. Di dalam tradisi orang Yahudimisalnya diharuskan tahu nama dari setan tersebut, perlu tahu dari suara yang dikeluarkan oleh setan tersebut melalui orang yang dirasuki untuk mengetahui siapakah setan yang merasuk itu. Maka kita melihat dalam Matius 12:23 dicatat ‘’Maka takjublah sekalian orang banyak itu, katanya: ‘’Ia ini agaknya Anak Daud.’’ Mungkinkah inilah Mesias yang dijanjikan tersebut, karena Dia memiliki otoritas tersebut.

Yang ketiga, mujizat yang tidak pernah dilakukan oleh orang-orang di Perjanjian Lama yang tercatat dalam Yesaya. Mari kita melihat dalam Yesaya pasal 35:3-5. Di dalam ayat yang ke 5-6 inilah mujizat-mujizat yang dilakukan Mesias itu, yaitu mata orang buta dicelikkan, di mana kita tidak pernah melihat dalam Perjanjian Lama mata orang buta yang dicelikkan. Pada waktu itu juga telinga orang-orang tuli akan dibukakan, dan orang lumpuh akan melompat seperti rusa dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai; sebab mata air memancar di padang gurun. Jika kita perhatikan dalam Matius 8 ini Tuhan Yesus melakukan mujizat itu bukan hanya menyatakan Dia adalah Mesias tetapi Matius sengaja melukiskan awal dari mujizat Dia dimana Tuhan Yesus menyembuhkan orang kusta dan di pertengahan yaitu Tuhan Yesus membangkitkan orang lumpuh sehingga dia bisa berjalan lagi, dan khususnya pada akhir mujizat yang dicatat dalam Matius 9 ada dua mujizat terakhir : Tuhan Yesus mencelikkan mata orang buta dan membuat orang bisu bisa berbicara lagi. Jika kita pikirkan bahwa orang bisu yang kemungkinan sudah tuli terlebih dahulu sehingga dia akhirnya bisu karna dia tidak bisa mendengar, tidak bisa belajar bagaimana orang berbicara akhirnya dia bisu. Jadi saya melihat di dalam Matius 9 ini adalah tujuan dari Matius untuk mengatakan bahwa Yesus adalah Mesias tersebut, karena Dia melakukan mujizat-mujizat yang tidak pernah dilakukan oleh orang-orang sebelumnya dan Dia juga melakukan mujizat-mujizat yang dikhususkan untuk Mesias tersebut. Seharusnya oeang Israel mengenal siapa Mesias ini, tetapi jika kita melihat dalam perikop yang kita baca  ketika Yesus menyembuhkan orang yang lumpuh tersebut Dia mengatakan bahwa ‘’dosamu sudah dihapuskan’’, maka sekarang ahli Taurat dimana mereka yang seharusnya mengerti dengan benar Alkitab itu dengan baik sekali daripada orang-orang yang lain tetapi malah mengatakan Yesus sedang menghujat Tuhan, mereka tidak mengerti akan siapakah Yesus.

Jika kita melihat lagi dalam Matius 9:11 di mana Tuhan Yesus bukan hanya dituduh sebagai orang yang menghujat Tuhan saja, orang-orang Farisi melihat bahwa Yesus bergaul dengan orang-orang yang berdosa tersebut dan makan bersama-sama dengan Matius si pemungut cukai tersebut maka mereka mengatakan bahwa Yesus juga orang yang berdosa. Mereka mengira bukankah orang-orang yang berdosa tidak seharusnya berhubungan dengan kita orang-orang baik? Tetapi fakta Yesus makan dan tinggal bersama-sama dengan mereka bahkan melakukan kegiatan sosial, menyatakan bahwa Yesus bersalah (Jesus is guilty by association), Dia juga adalah seorang berdosa. Kita bersama-sama lihat lagi dalam Matius 9: 14 dan seterusnya sekarang bahkan murid-murid Yohanes Pembaptis mempertanyakan the most basic piety (hidup kekudusan) daripada Yesus : “Mengapa Engkau tidak berpuasa? Dan murid-murid-Mu pun lain dengan kita; mereka tidak berpuasa.” Dalam Matius 9:34 orang Farisi mengatakan Yesus melakukan semua mujizat ini dengan kuasa si setan itu dan bahkan mengatakan bahwa Yesus adalah si setan itu.

Kita melihat perikop yang kita baca pada hari ini Matius 9:1-13 dalam bahasa Indonesia & bahasa Inggris dibagi menjadi dua perikop yang terpisah. Namun seorang komentator bernama Boice mengatakan  ini seharusnya menjadi cerita yang berkesinambungan tidak menjadi cerita yang terpisah. Ada beberapa hal yang dikatakan Boice yang menyatakan mengapa 2 perikop ini harus menjadi  unit. Yang pertama, yaitu tidak semua mujizat- yang dicatat didalam Matius 8 & 9 itu dicatat dalam Injil Sinoptik yang lain (Markus, Lukas, Yohanes). Tetapi uniknya, semua Injil khususnya Injil sinoptik yaitu Matius Markus Lukas mencatat mengenai orang lumpuh yang disembuhkan ini dengan detail dan perspektif yang berbeda-beda, sehingga ini adalah suatu mujizat dimana orang lumpuh disembuhkan tersebut, jikalau kita ingat dalam perikop yang lain daripada Kitab Injil yang lain ada orang lumpuh yang diturunkan dari langit-langit, orang itu dibawa dan diturunkan lewat langit-langit oleh teman-temannya dikarenakan ruangan yang sangat sempit dan mengharuskan mereka membongkar langit-langit dan menurunkannya. Tidak semua mujizat diceritakan dalam ketiga Injil tersebut dan uniknya setiap sinoptik Gospel baik itu Matius, Markus atau Lukas, cerita ini langsung disusul dengan  panggilan dari (Tuhan Yesus kepada) Matius. Cerita orang lumpuh yang disembuhkan dan panggilan Matius yang dicatat dalam Matius, Lukas, Yohanes tidak pernah diputuskan, tetapi selalu bersambung (right after one another).

Yang ketiga, ada satu kata yang menarik yaitu ‘’teman-teman’’. Kata ‘teman-teman’ ini sangat menarik sekali yaitu dalam perikop yang pertama, teman-teman si orang lumpuh ini membawa orang lumpuh itu kepada Tuhan Yesus, tetapi  dalam perikop yang kedua, Matius si pemungut cukai itulah yang membawa teman-temannya kepada Tuhan Yesus. Jadi ada satu permainan kata disini.

Yang keempat, mari kita perhatikan yaitu kata ‘’bangun’’ merupakan satu  tema yang diulangi dalam dua perikop ini. Misalnya Yesus katakan dalam ayat yang ke 6 : “Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" --lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu--: "Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" Langsung sesudah itu orang itu bangun (he rose up), dia berdiri bangun lalu pulang ke rumah. Sama juga dalam Matius 9:9 setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku." Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia. Di sini ada perbedaan permainan kata yaitu yang satu mengunakan bangun, yang satu lagi berdiri, tetapi di dalam bahasa Inggris sama yaitu ‘’he rose up’’ dia berdiri ada permainan kata yang sama yaitu ‘’rose’’. Matius sama dengan orang lumpuh tersebut ketika mereka mendengar perkataan Tuhan Yesus mereka berdiri bangun (rose up).

Alasan yang terakhir mengapa kedua perikop ini adalah satu unit : di dalam cerita ini mengatakan  dua hal yang khusus mengenai Tuhan Yesus, yaitu kuasa Dia untuk mengampuni orang yang berdosa (He has the authority to forgive sins, your sins and mine). Mari kita kembali pada perikop pertama di mana ini adalah mujizat keenam yang dicatat oleh Matius, di mana ada beberapa hal terpenting dalam perikop ini yang bisa kita lihat. Di dalam ayat yang ke 2 “Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni." (Dalam bahasa Inggris kata yang dipakai adalah fear not / do not be afraid). Seakan-akan Tuhan Yesus memuji iman mereka, such a great faith! Mengapa? Karena mereka adalah orang-orang yang tahu bahwa Tuhan Yesus bukan saja bisa menyembuhkan orang yang lumpuh itu tetapi juga mau menyembuhkan orang yang lumpuh tersebut.

Banyak sekali orang Kristen yang terbagi dalam 2 ekstrim. Ekstrim yang pertama adalah orang Kristen yang selalu menuntut Tuhan Yesus harus melakukan sesuatu dalam kehidupan mereka (God can do something and He has to do it for me!) : “Tuhan, jika Engkau adalah Tuhan yang berkuasa, sekarang sembuhkanlah aku!” Seakan-akan Tuhan harus melakukan sesuatu dalam kehidupan kita. Tentunya kita menolak kekristenan yang semacam itu. Dan ekstrim yang lain mengatakan dalam suatu saat mereka berdoa minta sesuatu daripada Tuhan tapi dalam saat yang sama juga mereka mempertanyakan apakah Tuhan mau melakukan hal tersebut yang mereka minta. Di dalam ekstrim yang kedua kita bisa mengambil contoh yaitu Zakharia (ayah dari Yohanes Pembaptis). Zakharia memiliki istri yang bernama Elisabet , seorang yang mandul, yang tidak bisa melahirkan, dan kemandulan adalah satu hal yang tidak mereka inginkan dan juga menakutkan. Di mana ketika Adam dan Hawa jatuh dalam dosa Tuhan telah menjanjikan akan adanya keturunan yang membebaskan mereka dari dosa; orang Israel mengerti hal itu. Bagi mereka jika ada orang yang mandul maka akan terancam tidak mendapatkan keturunan yang menyelamatkan tersebut.

Jika kita lihat dalam Lukas 1:5 seterusnya, saya percaya Zakharia dan Elisabet sudah sering berdoa meminta untuk diberikan seorang anak untuk mereka. Ketika tiba waktunya yaitu ketika Zakharia sedang melayani orang Israel sebagai Imam dan masuk ke dalam Bait Allah tersebut, lalu di sana tampillah seorang malaikat yang mengatakan bahwa istrimu akan melahirkan dan pada saat itu Zakharia yang sudah begitu lama meminta diberikan seorang anak, malah meragukan Tuhannya sendiri yang kepada-Nya dia memanjatkan doa. Maka malaikat itu memberikan satu tanda yaitu membuat dia bisu yang adalah satu sindiran. Jika engkau mempertanyakan apa yang engkau minta dari Tuhan, mengapa engkau berdoa?

Saya sendiri sangat takut di mana kita lebih sering mengkritik ekstrim-ekstrim yang saat ini yang hanya minta-minta pada Tuhan dan menjadikan Tuhan harus mengerjakan sesuatu dalam kehidupan mereka, namun di lain pihak kita mungkin adalah orang-orang yang tidak pernah meminta dan ketika kita meminta kita malah meragukan apakah Tuhan akan menjawab doa kita. Saya kira kita tidak boleh hidup dalam 2 ekstrim ini. Tapi orang-orang yang membawa orang lumpuh dalam Matius 9:2 itu, bukan saja tau bahwa Tuhan Yesus dapat menyembuhkan orang lumpuh itu, tetapi bahwa Dia juga mau menyembuhkannya. What a great faith! Inilah yang Tuhan Yesus puji.

Jika kita perhatikan, Tuhan Yesus tidak harus melakukan apapun dalam kehidupan kita bahkan Ia tidak harus menyembuhkan orang-orang yang berada disekitar-Nya. Jika ada orang yang mengatakan ‘’jikalau Engkau Tuhan maka Engkau harus menyembuhkan sayaI’’ … Mengapa harus? If He is Lord then the Bible teaches us that He doesn’t need to do anything for you, at all. Saya mempelajari hal ini di dalam Kisah Para Rasul 3, di mana ada 1 kisah yang menarik yaitu seseorang yang sudah lumpuh sejak lahirnya, di mana orang itu perlu bantuan orang lain karena ia tidak bisa melakukan apapun, dia hidup dari belas kasihan orang lain. Maka orang tersebut tiap paginya dibawa orang-orang ke pintu gerbang Bait Allah dengan tujuan untuk meminta-minta sedekah pada orang-orang yang lewat. Pada suatu saat tibalah Petrus dan Yohanes dan melihat orang lumpuh itu meminta-minta sedekah dan berkatalah Petrus: "Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu’’, maka disembuhkanlah orang lumpuh itu. Penyembuhan yang dilakukan oleh Petrus bukanlah yang paling menarik dalam cerita ini. Yang menarik itu apa? Alkitab mencatat orang ini setiap pagi meminta-minta di pintu gerbang Bait Allah dan setiap hari banyak orang-orang yang lewat di sana, maksudnya apa? Tuhan Yesus sudah berkali-kali datang ke dalam Bait Allah dan pasti Dia melewati pintu gerbang Bait Allah ini dan Dia pasti pernah melihat orang lumpuh tersebut tetapi Tuhan Yesus tidak menyembuhkan dia. Mengapa? Karena Dia tidak harus melakukan itu; karena Ia adalah Tuhan. Ketika kita membaca perikop Kisah Para Rasul pasal 3 tersebut, itu menjadikan sesuatu yang demikian menarik : Tuhan pada waktu itu tidak ada satu keharusan untuk menyembuhkan orang yang sedang minta-minta itu. Dia bisa tidak menyembuhkan? Tentu bisa! Apakah Dia harus menyembuhkannya? Tentu tidak! Pada suatu hari nanti ketika Dia datang yang kedua kalinya maka semua sakit penyakit akan hilang, tapi pada kedatangan-Nya yang pertama kali ini Ia tidak harus melakukan apa yang kita harapkan, sama seperti kita pada saat ini. Mungkin kita pernah mengalami kesulitan dalam kehidupan dan kita meminta Tuhan untuk membebaskan kita dari kesulitan itu. Tuhan tentu saja bisa membebaskan saudara dari kesulitan itu tetapi karena Dia adalah Tuhan, Dia tidak harus melakukan itu pada saudara. Paulus sendiri meminta berkali-kali agar duri dalam tubuhnya untuk diangkat, berharap kesulitannya diselesaikan oleh Tuhan tetapi Tuhan tidak melakukannya dan Tuhan justru mengatakan karna durimu tersebut nama Allahmu dimasyurkan dan diagungkan. Oleh sebab itu kita jadi orang jangan menjadi orang yang picik. Saya selalu mengajarkan jemaat saya dan saya yakin jemaat Reformed di tempat ini juga diajarkan hal yang sama, yaitu the sovereignty of Christ our Lord (kedaulatan Kristus Tuhan kita). Jika Dia adalah Allah yang berdaulat, maka berbeda dengan orang-orang Kristen yang menuntut Allah dengan mengatakan “because You are sovereign, You have to do something for me”, maka kita sebagai orang-orang Reformed, punya perspektif yang sama sekali berbeda : “Because You are sovereign, You can do whatever pleasing for You, entahkah itu membantu saya atau tidak”.

Oleh sebab iman orang-orang itu sangat menarik sekali ketika orang-orang itu tau bahwa Yesus bisa menyembuhkan orang lumpuh ini dan terlebih dari itu mereka tahu bahwa Yesus mau melakukan hal tersebut, Yesus melihat iman mereka dan berkata: ‘’Janganlah engkau takut hai anak-Ku’’.

Point yang kedua, jawaban daripada Tuhan Yesus kepada orang lumpuh itu sangat mengagetkan. Coba bayangkan, ada orang yang lumpuh sekian lama, apa yang saudara harapkan ketika saudara bertemu dengan Yesus? Apa? Yaitu kesembuhan! Tetapi Yesus memberikan jawaban kepada orang lumpuh itu yaitu satu hal yang tidak pernah dia harapkan yaitu “dosamu disembuhkan”, karena tidak ada hubungannya dengan problem dia saat itu. Menarik sekali bahwa forgiveness bukanlah yang diminta orang lumpuh pada saat itu. Yang ketiga (berkaitan dengan point kedua), dalam bahasa Indonesia kata ‘’dosamu sudah diampuni’’(your sins have been forgiven) memakai perfect tense tetapi di dalam bahasa aslinya (bahasa Grika) yang lebih tepat memakai present tense (ongoing) yang artinya itu saat itu ‘’dosamu sedang diampuni’’. Apa yang mau dikatakan oleh penulis Matius? Penulis ingin mengatakan bahwa pengampunan dosa bukanlah hanya janji untuk masa mendatang tetapi juga pada saat itu (at that particular time when he encountered Jesus). Pada saat itu jawaban dari Yesus itu bukanlah jawaban yang diinginkan oleh orang lumpuh maupun orang-orang yang menyaksikan peristiwa tersebut. Para ahli Taurat memikirkan : siapakah orang ini? Pada akhirnya Yesus dianggap sebagai menghujat Allah, karena hanya Allah saja yang dapat mengampuni dosa. Tuhan Yesus mengetahui pemikiran ahli-ahli Taurat itu lalu (di ayat 5) berkata kepada mereka:‘’Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan : Bangunlah dan berjalanlah?’’ Kira-kira manakah yang lebih mudah untuk dikatakan? Mungkin kita merasa bahwa mengatakan dan menyuruh orang lumpuh itu berjalan lebih gampang daripada mengatakan dosamu diampuni, dikarenakan hanya Tuhanlah yang dapat mengatakannya. (Pikirkan bahwa orang lumpuh ini sudah berpuluh tahun menderita sakit. Waktu masih muda, tinggi dan tegap, saya pernah menganggap tidak perlu Tuhan. Akhirnya Tuhan pukul saya, saya kena typhus lalu pada suatu hari tiba-tiba saya lumpuh, sampai hari ini tidak tahu kenapa sebabnya. Ketika akhirnya saya bisa berjalan kembali, saya merasakan itu berkat yang sangat besar sekali.) Secara superficial, mengatakan ‘dosamu diampuni’ itu lebih gampang, karena tidak ada yang bisa verify (mengkaji kebenarannya) dan mengatakan ‘bangunlah dan berjalanlah’ jauh lebih sulit karena perlu kuasa yang sangat bear. Tetapi bagi Tuhan Yesus, jauh lebih mudah menyuruh orang lumpuh itu untuk bangun dan berjalan, sedangkan mengampuni dosa jauh lebih sulit, karena hanya Tuhan yang dapat mengampuni dosa. Maka di sini Tuhan Yesus mau mengklaim bahwa diri-Nya adalah Tuhan; The Messiah is God Himself! Itu jauh lebih susah. Jesus established His Messianic identity not only as a messenger, but because He is God. Oleh sebab itu Tuhan Yesus ingin menyatakan bahwa Dia adalah Tuhan, maka Dia berhak dan berkuasa mengatakan ‘’dosamu sudah diampuni’’ itulah point yang ke empat.

Point yang ke lima, yaitu di ayatnya yang ke delapan itu, respon pertama dari orang banyak itu adalah takut lalu memuliakan Tuhan. Orang zaman sekarang lebih sering ketika melihat yang mereka bilang sebagai mujizat tidak ada rasa takut sama sekali, tetapi dalam Alkitab dicatat bahwa ketika Yesus melakukan mujizat orang yang melihatnya merasa takut dan memuliakan Tuhan, karena ada sesuatu yang tadinya tidak mungkin terjadi namun sekarang terjadi di hadapan mereka. Saya juga mengharapkan kita ada rasa takut kepada Tuhan dan mengenal Tuhan. Sejauh itu kelihatannya semua baik, tetapi pada waktu itu banyak dari mereka yang tidak mengerti siapakah Yesus. Mengapa? Jika kita perhatikan lagi, alasan mereka memuliakan Tuhan bukan karna Tuhan hadir dan menyatakan diri di hadapan mereka tetapi karena menganggap Yesus sama dengan manusia lainnya. Matius 9:8 “Maka orang banyak yang melihat hal itu takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia.” Istilah bahasa Inggris & Grika lebih jelas daripada bahasa Indonesia : bukan ‘manusia’ tetapi ‘manusia-manusia’ (plural). Jadi mereka mempersamakan Yesus dengan manusia-manusia yang pernah hadir dalam Perjanjian Lama yang mendapatkan kuasa dari Tuhan; mereka masih salah mengerti Tuhan Yesus. Tetapi Tuhan bukan hanya sekedar manusia saja (one among many people), tetapi Dia adalah satu-satunya! Ibrani 1:1-2 menyatakan bahwa setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada umat-Nya dengan perantaraan nabi-nabi, maka sekarang pada zaman akhir ini Dia berbicara melalui Anak-Nya. (Demikian juga jangan berpikir bahwa Christianity is only one among many religions. Christianity is the ONLY true religion! Kalau kita belum menyadari hal itu, maka kita belum sungguh-sungguh mengerti kekristenan.) Di sini kita melihat bahwa orang banyak melihat apa yang dilakukan Tuhan Yesus, tetapi mereka masih belum mengenal Dia, failed to understand Him. Mereka hanya mempersamakan Kristus dengan orang-orang lain sebelumnya. Ironisnya, para ahli Taurat yang seharusnya paling mengerti Alkitab, mengatakan bahwa Tuhan Yesus sedang menghujat Allah. Terakhir, kita melihat Matius 9:34 : mereka berpikir, bagaimana mungkin Yesus, orang yang menghujat Tuhan ini, yang hidup bersama-sama dengan orang berdosa, yang tidak melakukan even the most basic piety (berpuasa), bisa melakukan semua mujizat itu? Lalu mereka menyimpulkan bahwa Tuhan Yesus memakai kuasa setan. Ironis sekali; mereka tidak sadar justru merekalah pada saat itu yang menghujat Tuhan.

Apa maksud perikop yang pertama ini? Beberapa hal yang perlu kita perhatikan : Pertama, The Kingdom of God is here already, itu yang mau Matius katakan. Apakah Kerajaan Allah sudah datang? Banyak perbedaan pendapat. Seorang Rabi Yahudi yang tinggal di New York pernah ditanya : “Apakah Kerajaan Allah sudah datang?“ Kemudian Rabi itu melihat keluar jendela dan melihat masih banyak ketidakadilan, masih banyak orang-orang lumpuh, orang-orang susah dan kemudian Rabi itu menjawab : “Belum”. Seringkali kita memiliki konsep yang sama bahwa ketika Kerajaan Allah datang seharusnya segala sakit penyakit dan kesulitan sudah diselesaikan, sudah tidak ada lagi. Kerajaan Allah sudah datang, tahu dari mana? Dalam Lukas 11:20 Tuhan Yesus mengatakan “ Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah itu sudah datang kepadamu.”

Tuhan Yesus memang tidak menyembuhkan semua penyakit, tidak mengusir semua setan dan tidak menyelesaikan semua problem tetapi ketika Tuhan Yesus mulai melakukan semua itu maka kita tahu bahwa Kerajaan Allah sudah datang, karena Tuhan Yesus mulai menghancurkan kuasa dan pekerjaan Setan.

Kedua, Kerajaan Allah bukan hanya sudah datang, tetapi Raja itu sendiri sudah datang ke dalam dunia. Kembali ke ayat 5 “Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah?”. Di situ Tuhan Yesus mengatakan bahwa Ia sudah melakukan pekerjaan yang tidak mungkin dilakukan orang lain. “Dosamu sudah diampuni”disini Tuhan Yesus menyatakan Identitas-Nya bahwa Ia bukan saja Mesias (messenger) yang akan datang melainkan Allah sendiri yang datang ke dalam dunia seperti yang dikatakan dalam Yesaya 35 : 4 : “ Katakanlah kepada orang-orang yang tawar hati: "Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!". Di sini dikatakan bahwa Ia bukan hanya Anak Allah tetapi Allah itu sendiri yang datang ke dalam dunia.

Yang ketiga, order (urutan) sangat penting diperhatikan. Orang lumpuh ini diampuni dahulu dosanya baru setelah itu disembuhkan dari penyakitnya. Artinya bahwa ketika seorang diampuni dosanya ia tetap memiliki masalah dalam hidupnya; ketika orang ini diampuni ia masih seorang yang tidak bisa berjalan. Banyak orang bertanya di dalam hidupnya : ketika aku percaya Tuhan mengapa masih ada masalah di dalam hidupku, bahkan aku masih sering berdosa? Mengapa masih ada tetesan air mata? Di sini benar dikatakan bahwa Kerajaan Allah sudah datang, tetapi Kerajaan Allah juga belum datang (already and not yet). Di tengah-tengah keadaan Kerajaan Allah yang already and not yet ini Tuhan Yesus datang yang pertama kali alreadyin His humiliation’; di dalam kerendahan hati mengambil rupa seorang manusia dan taat bahkan taat sampai mati di kayu salib (Filipi 2 : 8). Namun Tuhan Yesus juga akan datang untuk kedua kali di dalam segala kemuliaan-Nya (in His full glory).

Jadi, apa yang kita harapkan ketika hidup di dalam dunia ini, di tengah-tengah ‘already and not yet’ ? Di sini kita melihat kuasa dosa sudah dihancurkan tetapi semua problem dan semua dosa belum dihilangkan, masih ada tetes airmata, masih ada sengsara bahkan masih ada dosa dan kita menanti-nantikan masa Tuhan Yesus datang yang kedua kali. Pdt.DR.Barnhouse, seorang pendeta di Tenth Presbyterian Church, Philadelphia, pernah bertanya apa jadinya kalau setan memegang kontrol penuh atas kota Philadelphia? Mungkin kita akan berpikir di mana-mana ada pelacuran, kriminalitas dan hal-hal senonoh tidak terjadi; hidup pasti berantakan. Pdt.DR.Barnhouse menjawab bahwa jika setan memegang kuasa penuh atas kota Philadelphia maka bar akan ditutup, pelacuran ditutup dan semua anak muda akan hidup ramah dengan orangtua dan hidup kita akan rukun satu dengan yang lainnya tetapi kita tidak akan pernah lagi merasa bahwa kita memerlukan Kristus. Jika hidup kita di dunia ini lancar semua, tidak pernah ada kesulitan, untuk apa kita mengharapkan kedatangan Kristus yang kedua kalinya? Mengapakah kita mengharapkan Kristus hadir dalam hidup kita? Inilah keindahan Kerajaan Allah yang already and not yet. Kita tahu bahwa bukan karena kita punya berbagai masalah maka kita kehilangan harapan, tetapi kita mempunyai harapan dan perlu bersandar pada Kristus untuk segala problema yang dihadapi, karena Kerajaan Allah akan datang. Mungkin kita masih bergumul dan berdosa tetapi kita akan selalu mencari pengampunan Tuhan. Maka disini sangat menarik sekali bahwa ketika orang ini diampuni dosanya namun problema hidupnya masih tetap bersama dia. Maka banyak orang dari kelompok the Healh and Wealth Gospel (teologi kemakmuran) mengatakan bahwa ketika engkau menerima Kristus dalam hidupmu maka segala sakit persoalan hidup akan selesai dan engkau akan memiliki kemakmuran dalam hidupmu, tidak ada sakit penyakit dan sebagainya. Orang semacam ini salah mengerti, problemnya adalah di dalam Eskatologi yaitu konsep already and not yet ini. Mereka mengklaim kemuliaan tersebut adalah here and now. Kalau Kristus belum datang untuk yang kedua kalinya dengan segala kemuliaan-Nya, apa haknya kita meminta hidup kita sekarang memiliki kemuliaan tersebut? Kristus sendiri baru datang dalam kerendahan-Nya, belum dalam kepenuhan kemuliaan-Nya.

Kembali ke Matius, pertanyaan yang muncul pertama kali : siapakah Matius ini? Alkitab menuliskan bahwa ia adalah seorang pemungut cukai dan di dalam dosanya ia menganggap dirinya sama dengan orang lumpuh itu dan perlu mendengar perkataan Kristus. Sebagaimana orang lumpuh itu perlu perkataan Tuhan Yesus yang penuh kuasa untuk bisa bangun dan berjalan demikian juga Matius menganggap dirinya adalah orang lumpuh dalam dosanya sehingga ia perlu perkataan Tuhan Yesus “Datang dan ikutlah Aku” baru ia bisa berjalan mengikut Tuhan. Inilah konsep Reformed. Tanpa perkataan Tuhan untuk memanggil seseorang untuk mengikut Dia maka tidak seorang pun memiliki kemampuan dan kemauan mengikut dia, inilah yang dikatakan Matius. Bahkan Matius di dalam dosanya bukan hanya seorang yang lumpuh tetapi bahkan mati adanya. Orang Arminian memiliki konsep bahwa orang berdosa adalah orang yang sakit saja yang hanya memerlukan obat untuk bisa disembuhkan. Tetapi dalam teologi Reformed, orang berdosa adalah orang yang mati dalam dosa bahkan sedang secara aktif melakukan hal-hal yang melawan Tuhan dan menikmati dosanya. Dalam Matius 8, Tuhan Yesus menyembuhkan hamba seorang perwira di Kapernaum. Ini hal yang menarik karena Tuhan Yesus menyembuhkan hamba dari seorang bukan Yahudi, seorang yang sangat dipandang rendah karena bukan seorang Yahudi bahkan adalah seorang hamba; Matius bahkan dipandang lebih rendah dari hamba Yahudi itu, lebih menjijikkan. Pemungut cukai itu secara politis sudah tidak memiliki status di kalangan masyarakat Yahudi karena mereka bekerja bagi pemerintahan Romawi yang adalah penjajah. Secara keagamaan, pemungut cukai adalah kalangan yang sudah dibuang, karena dianggap seperti orang yang dimaksud dalam Imamat 20:5, yaitu orang yang sudah menyerahkan dirinya kepada dewa Molokh.  Secara hubungan sosial, masyarakat juga tidak menerima pemungut cukai; tidak boleh berhubungan dengan pemungut cukai tersebut, tidak boleh makan bareng, bahkan tidak boleh berjalan dan berdialog bareng dengan mereka. Tetapi Tuhan Yesus bukan hanya berdialog, berjalan bahkan makan bersama pemungut cukai itu. Sekalipun di mata orang lain pemungut cukai adalah orang berdosa yang tidak dapat di terima di masyarakat, tetapi Tuhan Yesus menerimanya dan bahkan Yesus berkata: ‘’Datang ikutlah Aku’’. Inilah a great invitation bagi Matius si pemungut cukai. Demikian juga dengan kita; mungkin di mata orang lain kita sangat berdosa dan tidak layak, tetapi ternyata Tuhan Yesus memanggil kita.

Saya akan menutup dengan satu pertanyaan ‘’If you truly know Christ and who He is in your life’’ maka bagaimana saudara  melihat dirimu sendiri? Dalam perikop kedua ini mengenai Matius dipanggil untuk mengikut Yesus, kepada siapa saudara mengasosiasikan dirimu? Saya berharap saudara bukan mengasosiasikan dirimu sebagai orang Farisi yang hanya bisa melihat dosa orang lain, tanpa pernah melihat dirinya sendiri adalah orang yang paling berdosa dan bahkan mengatakan bahwa Yesus sedang menghujat Allah padahal merekalah yang sedang menghujat Allah. Seharusnya kita meneladani Yesus yang sekalipun Dia suci tetapi Dia tidak segan berkumpul berhubungan dengan orang-orang yang berdosa. Dalam ayat yang ke-13 Tuhan Yesus berkata, “Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." Inilah yang seharusnya menjadi misi dari gereja, yaitu memanggil orang berdosa.

Gereja bukanlah kumpulan orang-orang berdosa yang tahunya hanya berbuat dan menikmati dosa-dosa mereka; itu night club. Gereja juga bukan kumpulan orang-orang kudus yang sudah tidak mungkin bisa berbuat dosa lagi; itu gereja in the second coming of Christ. Tetapi dalam Kerajaan Allah yang di antara already and not yet ini maka gereja adalah kumpulan orang-orang kudus yang masih bisa berdosa tetapi terus menerus mencari kekudusan. Saya berharap gereja, juga GRII Taipei, dapat menjadi gereja yang missioner, terus mencari mereka yang berdosa untuk kemudian dapat dipertemukan dengan Tuhan. Kita adalah dalam perkumpulan orang-orang kudus bukan karena kita kudus, tetapi karena Tuhan yang mengatakannya. Seperti Paulus, seharusnya kita sadar bahwa dosa masih ada dalam diri kita. Gereja adalah misi Tuhan yaitu mencari dan mengumpulkan orang-orang berdosa ini. Jika kita mengasosiasikan diri seperti Kristus, maka kita adalah orang Kristen yang baik.

Kita sebagai orang Kristen haruslah seperti Matius yang melihat dirinya sebagai orang yang paling berdosa di antara seluruh yang berdosa. Bagaimana kita bisa memiliki kesadaran yang seperti ini? Yaitu ketika kita menyadari bahwa Yesus adalah benar-benar Tuhan. Paulus pernah mengatakan bahwa di antara seluruh orang  Kristen, dirinya adalah orang yang paling berdosa diantara orang berdosa lainnya disebabkan karena Paulus dulu pernah menganiaya orang Kristen. Saat mengatakan hal itu, dia tidak menggunakan past tense (I was a chief sinner), tetapi present tense (I am the chief sinner). Mengapa Paulus dapat berkata seperti itu? Dikarenakan Paulus sungguh mengenal siapakah Yesus itu, Dialah Tuhan itu sendiri. Saya tertarik dengan lukisan Rembrant “Crucifixion”, karena dia tidak segan-segan melukis wajahnya sendiri di tengah-tengah orang-orang yang sedang memakukan Tuhan Yesus dengan muka yang berpaling, tidak melihat Kristus. Rembrant mau mengatakan : sayalah yang memakukan Kristus. Ketika saudara akan merayakan Natal, saya berdoa agar saudara bukan seperti orang dunia yang saling mengirimkan kartu tanpa mengerti ataupun peduli siapakah Kristus itu. Tetapi bagi kita orang Kristen, kita mengenal siapakah Kristus itu, mengapa Dia datang ke dalam dunia ini. Tapi terlebih lagi adakah kesadaran dalam diri kita seperti Matius dan Paulus bahwa Kristus Tuhan, Anak Allah, datang bagi dirinya, orang yang berdosa yang paling ditolak dalam masyarakat. (IA)

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)